Memaknai Rerahinan Sepanjang Wuku Watugunung | Prempuan Bali

 

Memaknai Rerahinan Sepanjang Wuku Watugunung
Memaknai Rerahinan Sepanjang Wuku Watugunung

Watugunung merupakan nama tokoh sekaligus nama wuku terakhir dalam sistem penanggalan Bali. Sepanjang wuku Watugunung terbentang sejumlah rerahinan (hari raya) penting. Diawali dengan hari Watugunung Runtuh dan diakhiri dengan hari Saraswati. Watugunung Runtuh dianggap sebagai hari keramat karena diyakini sebagai peringatan jatuhnya Watugunung.

 

Keramatnya hari Watugunung Runtuh tidak hanya berkaitan dengan mitologi Watugunung, tetapi pada hari itu memang bersamaan dengan hari Kajeng Kliwon Pamelastali jatuh pada hari pertama yakni Redite (Minggu) Kliwon wuku Watugunung.

 

Pada Anggara (Selasa) Pahing dikenal sebagai hari raya Paid-Paidan. Konon, ini berkaitan erat dengan saat diseret-seretnya (bahasa Bali: paid-paid) mayat Watugunung. Tetua Bali biasanya mengeramatkan hari ini. Mereka berpantang untuk memanjat pepohonan atau bangunan tinggi. Kata orang – orang tua, ila-ila dahat, berbahaya. Hari itu dianggap buruk. Kalau ada yang memanjat pohon atau bangunan saat itu konon bisa kena musibah seperti jatuh.

 

Pada Buda (Rabu) Pon diperingati sebagai hari Urip. Saat itu diyakini sebagai saat Watugunung dihidupkan kembali. Pada Whraspati (Kamis) Wage diperingati sebagai hari Pategtegan yakni hari ketika Watugunung kembali bisa dihidupkan untuk selama-lamanya.

 

Sementara pad Sukra (Jumat) Kliwon diperingati sebagai hari Pengeredanan. Hari raya ini disebut-sebut sebagai peringatan saat Watugunung teguh menjalankan tapa-bratanya. Karena keteguhan menjalankan tapa brata itulah kemudian Watugunung mendapat anugerah ilmu pengetahuan dari Dewi Saraswati. Lalu, Saniscara (Sabtu)  Umanis, hari inilah yang diperingati sebagai hari suci Saraswati.

 

Rentetan rerahinan selama wuku Watugunung sejatinya lebih sebagai proses untuk berkonsentrasi pada perayaan hari Saraswati. Semua pikiran ditujukan kepada Dewi Saraswati sebagai Dewi Ilmu Pengetahuan. Soal adanya pantangan dalam hari – hari sepanjang wuku Watugunung itu juga dimaksudkan untuk mengarahkan orang agar berkonsentrasi kepada perayaan hari suci Saraswati. Sederhanya, mungkin dapat dikatakan jangan melakukan hal 0 hal yang aneh – aneh atau beresiko selama proses menuju pemujaan kepada Dewi Saraswati karena saat itu dianugerahkan ilmu pengetahuan, sumber penting untuk menjalani kehidupan

Posting Komentar