Sumber Tribun-Bali.com |
Kegiatan upakara yadnya umat Hindu di Bali, tidak
pernah lepas dengan penggunaan perangkat upacara yang berbentuk dulang.
Dikatakan demikian, karena memang perangkat ini selalu dipakai untuk tempat
salah satu bebantenan, sesajen atau tempat sarana upacara pemujaan oleh para
sulinggih atau pandita.
Dalam mengenter upacara keagamaan atau dalam Bahasa
Bali sebagai ‘pamuput’ upacara yadnya.
“Dulang merupakan perangkat yang sangat penting,
setiap melaksanakan upacara yadnya agama Hindu di Bali sebagai wadah sesajen
atau banten. Tetapi ingat tidak semua sesajen ditempatkan di atas dulang. Ada
juga sesajen yang menggunakan tempat bokoran, ingka, tamas, nare, keben dan
lain – lainnya,” jelas Jero Mangku Ketut Maliarsa.
Apakah selain dulang itu tidak sakral? Tidak demikian,
karena Umat Hindu dalam melaksanakan yadnya aka nada tumbuh dalam hatinya rasa
(perasaan), rasional (pikiran), dan filsafat (tatwa),” sebutnya.
Ketiganya ini akan mampu memunculkan ketenangan
batin, atau ketenteraman jiwa dalam mengimplementasikan sradha baktinya kepada
Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa beserta manifestasi-Nya.
Dulang dikatakan penting, dalam setiap upacara
yadnya di Bali juga karena diyakini mempunyai nilai sacral, magis, dan
bervibrasi religius.
Disebut demikian, jika dilihat dari bentuk dulang
ini, terdiri dari dua sisi bawah dan sisi atasnya yang berbentuk lingkaran
berbeda. Yaitu ada yang besar dan ada yang kecil. Tetapi kedua sisi lingkaran
tersebut, bermakna symbol yang sama yaitu lingkaran adalah bundar atau kosong,
sunyi dalam bahasa Bali disebut sunia.
Yang berarti melambangkan perwujudan Ida Sang Hyang
Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.
Bentuk dulang ini juga ada yang menghubungkan antara
lingkaran atas yang berdiameter kurang lebih 40 – 45 cm dan lingkaran bawahnya
yang berdiameter 15 – 20 cm, disebut suku
tunggal sebagai penyangga lingkaran besarnya.
Hal itu juga tidak lepas sebagai symbol Hyang Maha
Tunggal. Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa secara religius filsafat agama
Hindu diyakini oleh para umatnya tentang lingkaran atau bulatan itu melambangkan kosong atau sunyi
(sunia) berarti begitulah para umat Hindu mengimplementasikan eksistensi rasa
keyakinannya kepada Tuhan.
Pembuatan dulang di Bali menggunakan bahan kayu dan
ada juga menggunakan bahan dari logam. Walaupun bahan dasarnya berbeda tetapi
fungsi dan maknanya sama saja. Para sulinggih atau pandita Hindu, pasti
menggunakan dulang sebagai sarana perlengkapan melaksanakan pemujaan.
Dulang ini dipergunakan untuk menempatkan sarana
pemujaan seperti pedupaan, pedipaan, petirtaan, tempat bija dan lain
sebagainya.
Sehingga dulang sangat penting dalam upakara Hindu
di Bali.
Sumber Tribun-Bali.com
Posting Komentar