Via gedelila |
Lantas, apa jadinya ketika kamu dan sahabat tak bisa bertemu setiap hari seperti dulu lagi?Kesibukan memang akhirnya memaksa kalian untuk tak bertemu sesering dulu. Tapi bukannya ada yang lebih dalam daripada perihal bertemu setiap hari? Bukannya sahabat sejati adalah soal mendukung dan saling mengerti?
Dia mungkin tidak lagi cepat membalas pesanmu, namun selalu punya telinga untuk mendengar curhatmu seperti dulu.
Kesibukan dan mungkin zona waktu yang berbeda membuat kalian sulit untuk bertemu, bahkan saling membalas pesan dengan jeda maksimal 3 menit terasa mahal. Pas kamu lagi senggang, dia lagi rapat. Pas kamu lagi praktikum, dia lagi libur. Susah ‘kan sekadar ngerumpi atau balas-balasan stiker lucu? Kalo telat balas, udah nggak sinkron sama waktunya. Tapi percayalah, sahabat nggak pernah menganggap keinginanmu untuk curhat sebagai pesan yang basi walau udah kamu kirim lebih dari 1 jam yang lalu.
“Lik, aku mau curhat dong… Fandi ngajak balikan nih…”Beberapa rencana untuk ketemu hanya jadi wacana, tapi segera setelah kalian sama-sama senggang, semangat untuk merealisasikannya juga sama-sama berkobarnya.
“Deb, sorry banget baru bales… aku baru aja selesai kelas. Ha? Balikan? Errrr. Aku telepon kamu sekarang ya.”
Kalau dicatat, baru 3 dari 10 rencana ketemuan yang terlaksana. Kadang kalau kamu iseng ke rumahnya seperti dulu, dia belum tentu ada di rumah atau dia lagi kerja kelompok. Rencana ketemuan yang kebanyakan jadi ketemu lewat chatting bukan berarti kamu nggak penting, tapi kamu juga harus mengerti dia punya kesibukan lain untuk merintis masa depannya. Giliran kalian punya waktu luang, kalian berlomba cari tempat asik untuk ketemu, untuk merayakan momen yang butuh kesabaran untuk terwujud. Siap-siap untuk menerima berbagai kejutan darinya ya!
Sahabat punya teman baru? Dia bukanlah sainganmu! Kamu justru harus senang tetap ada yang mendekapnya ketika tanganmu tidak bisa
Lihat sahabat posting foto lagi nongkrong sama teman-teman barunya mungkin membuatmu gondok. Kamu mulai berprasangka buruk kalau sahabat udah lupa sama kamu dan lebih bahagia sama teman-teman barunya. Buang jauh-jauh pikiran ini deh. Justru kamu harus lega dan bersyukur bahwa sahabatmu punya orang yang lebih dekat dengannya untuk menolongnya dengan segera. Mereka bukan sainganmu. Mereka justru bukti bahwa sahabatmu benar-benar orang yang baik sehingga punya banyak teman dan berhasil bergaul di tempat barunya. Percaya deh, kamu tetap punya tempat istimewa di hatinya.
Sahabat yang terpisah bertahun-tahun bagaikan harta karun: darinya kamu bisa menggali kenangan yang bahkan kamu sendiri sudah lupa.
Sahabat kecil atau sahabat yang tiba-tiba pindah dan bertahun-tahun tidak bertemu kadang butuh waktu untuk mengenalimu lagi karena perubahan fisikmu, namun itu bukan berarti dia lupa padamu. Dia tetap punya serpihan kenangan yang selalu mengingatkannya padamu. Bahkan, kamu akan terkejut saat dia melontarkan kenangan tentangmu yang bahkan kamu sendiri udah lupa.
“Eh, dulu kita sering banget berantem rebutan siapa yang jadi Ranger pink kalo lagi main. Pokoknya kamu yang harus dapet, soalnya Ranger pink rambutnya panjang, kayak kamu dulu.”
“Masa sih? Ya ampun, terus apa lagi?”
“Iya beneran! Gara-gara nggak mau kalah, tiap main kamu pasti pake kaos warna pink! Biar cocok sama warna bajunya. Segitunya ya usahamu biar jadi Ranger pink!”
“Duuuuh, aku malah lupa kalo pernah sekonyol itu!”
Cita-cita yang berbeda membuatmu juga menghargai pandangan sahabat mengenai masa depan. Hal yang mempersatukan kalian ialah empati yang terwujud dalam dukungan.
Sahabat ingin berwirausaha, sedangkan kamu ingin jadi PNS. Daripada merecoki cita-cita sahabat dengan menyarankannya untuk jadi PNS sepertimu, sangat baik menghargai cita-cita dan pandangan hidupnya yang jelas berbeda denganmu. Walaupun kamu nggak bisa banyak membantu mendirikan usaha yang ia cita-citakan, membantunya dalam hal promosi atau menjadi pelanggan tetapnya merupakan wujud bahwa kamu sangat menghargai cita-citanya dan mendukungnya supaya terus berkembang. Jalan yang kalian pilih memang berbeda dan sangat konyol untuk saling memaksakan keseragaman, maka dukungan merupakan cara mewujudkan kepedulianmu pada sahabat.
Akhirnya kamu sadar bahwa persahabatan tidak diukur dari kedekatan fisik, melainkan dari wujud dukungan dan berjalan bersama menuju kedewasaan.
Benar bahwa sahabat nggak akan meninggalkanmu sendiri, namun sahabat sejati akan selalu mendukungmu dan ingin agar kamu menjadi seseorang yang semakin baik, tepatnya semakin dewasa. Persahabatan sejati tidak lagi mensyaratkan harus bertemu seminggu tiga kali, namun bagaimana memelihara komunikasi ketika ketemuan sulit terjadi. Persahabatan sejati nggak eksklusif, tapi juga memberi ruang bagi orang lain untuk mengenal sahabatmu. Persahabatan sejati nggak lagi harus tukar buku diary, tapi menghormati privasi sahabat dan nggak memaksanya untuk membagikan denganmu. Persahabatan sejati melihat bahwa sahabat tetap merupakan pribadi unik dengan keragaman yang nggak bisa kamu seragamkan.
Kita mungkin mengenal istilah “mantan atasan” atau “mantan pacar”, namun tidak ada entri untuk “mantan sahabat” dalam kamus hidup kita. Sahabat selalu hidup dalam hati, sejauh apapun jarak fisik yang merintangi. Karena sahabat sejati adalah tentang mendukung dan saling mengerti.