Tak Ada Orang Jahat yang Lahir dari Orang Baik yang Tersakiti. Yang Ada Hanyalah Pilihan Diri Sendiri

 

Tak Ada Orang Jahat yang Lahir dari Orang Baik yang Tersakiti. Yang Ada Hanyalah Pilihan Diri Sendiri

Teringat quote yang lahir dari film joker 2019 silam, tentang orang jahat yang lahir dari orang baik yang tersakiti. Joker yang tercipta dari persepsi dan neglensi masyarakat sekitar akan orang-orang yang membutuhkan support dan dukungan mental. Orang-orang yang malah dihindari bukan dirangkul. Orang-orang yang malah terus-menerus di-judge dan disalahkan atas perasaannya, bukan dipahami dan diterima.

Namun, saya sendiri kurang setuju dengan quote tersebut, persepsi orang jahat adalah orang baik yang tersakiti. Orang baik akan tetap baik walaupun dunia berlaku jahat pada mereka. Mereka akan menerima dan tidak memendamnya karena dendam itu merusak ketenangan kehidupan mereka sendiri. Moving on with their own life is the best things that they could do for people that do evil deeds to them. Menunjukkan mereka tetap bisa bahagia dan sukses kepada orang-orang yang meremehkan dan berbuat jahat kepada mereka adalah hal paling menyakitkan untuk mereka.

Melupakan dan memaafkan mereka, tidak mengganggap mereka ada di kehidupan mereka adalah cara terbaik yang dilakukan orang-orang baik untuk orang-orang yang berlaku jahat pada mereka. Bahkan kadangkala mereka membalasnya dengan  berbuat baik yang malah membuat orang-orang jahat itu malu sendiri akan sikap mereka dulu. Membalas perbuatan mereka seperti halnya Joker tidak akan menghasilkan apapun.

Mengacaukan kehidupan seseorang tidak pernah dibenarkan dengan alasan apapun. Akan ada karma yang mengikuti, akan ada Tuhan yang maha adil yang memberi pembalasan, jika tidak dibalas di dunia maka akan dibalas di akhirat kelak. Jika kalian muslim kalian pasti familiar dengan hari pembalasan, kan? Jika kalian seorang ateis yang tidak percaya Tuhan, percayalah pada hukum alam yang adil bertindak. Intinya, tidak perlu repot-repot membalas, universe akan membalasnya untuk Anda.

Lagi-lagi setiap perwujudannya adalah pilihan kita masing-masing. Baiklah, ada alasan-alasan yang melatarbelakangi seseorang itu menjadi jahat. Tetapi bagaimanapun dia bisa memilih untuk tetap menjadi baik. Mereka bisa memilih tetap menjadi baik karena sudah mengerti benar rasanya disakiti seperti apa dari pengalaman sehingga mereka tidak mau menyakiti orang lain.

Ada seseorang yang mengalami bullying di SD dan SMP, tapi itu tidak membuatnya menjadi pembully, malah sedikit banyak menjadi luka hati yang membuatnya maju terus untuk membuktikan ke para pembully nya dulu (walaupun hal semacam ini juga tidak dibolehkan, membawa dendam, karena nyatanya kita tidak perlu membuktikan diri kita berharga pada siapapun, cukup dilakukan untuk diri sendiri). Justru karena dia mengerti rasanya disakiti, maka dia tidak mau menyakiti orang lain.

Jadi rasa-rasanya sungguh tidak tepat bila mengatakan orang jahat lahir dari orang baik yang tersakiti, karena nyatanya banyak orang yang tetap memilih menjadi baik walaupun tersakiti. Lagi-lagi menjadi jahat adalah pilihan mereka, bukan terpaksa karena keadaan atau kehidupan yang mereka jalani. Tidak ada orang yang terpaksa mencuri, yang ada mereka memilih untuk mencuri.

Bagi saya semua itu adalah pilihan, mereka bisa tetap memilih menjadi baik walaupun ada kejadian tidak enak yang menimpa mereka, seperti kisah Bawang Putih dan Bawang Merah, Bawang Merah memiliki ribuan kesempatan untuk berbuat baik kepada Bawang Putih tetapi dia tidak melakukannya. Begitujuga Bawang Putih, dia juga memiliki kesempatan untuk menghukum dan membalas perlakuan Bawang Merah dan Ibunya di akhir cerita tetapi dia memilih untuk tidak melakukannya. Dia memilih memaafkan mereka. Jadi, perihal menjadi baik atau buruk, semua itu adalah pilihan masing-masing, bukan karena keadaan yang memaksa.

Selalu akan ada si baik dan si buruk, seperti pada cerita Bawang Putih dan Bawang Merah, dimana Bawang Putih dilukiskan sebagai orang baik yang ikhlas dan sabar dan Bawang Merah sebagai orang Jahat yang suka menindas. Tinggal bagaimana kita yang memilih mau menjadi yang mana di bagian kehidupan kita. Ngomong-ngomong kenapa ya orang-orang baik di sebuah cerita selalu tertindas dan teraniaya, lemah dan bernasib malang? Kenapa tidak mengangkat cerita dengan orang baik yang kuat untuk melawan stigma atau stereotype yang ada?

Posting Komentar